Rabu, 29 Desember 2021

RELEX SMILE DAN TANAM LENSA MATA DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Halo semuanya,
Udah lama nggak nulis di blog ini, selama pandemi blog ini jadi ikutan sepi. Padahal banyak banget hal yang bisa diceritain disini. Tapi dari semua itu aku bakal cerita bagaimana akhirnya aku bisa bebas dari kacamata minusku yang tebelnya udah kayak pantat botol yang udah dipake sejak umur 8 tahun sampai 27 tahun ini alias 19 tahun lamanya.
Pasti pada nanya, lho kenapa ra kok sampe mutusin buat lasik? Emang minusmu udah setinggi apa? 
Tinggi nggaknya ya relatif ya, tapi bagiku yang mengalaminya ini udah tinggi banget, sampe dititik dimana aku takut buta, jadilah aku mutusin buat ngelakuin prosedur ini.
Aku ceritain dari awal ya kawan.
Jadi waktu kelas 3 sd, umur 8 tahun, selayaknya anak sd pada umumnya yang suka sok tau, waktu di kelas aku coba coba lah nutup mata kananku, oh bisa lihat (batinku), tapi waktu aku tutup mata kiriku kok burem, tulisan di papan tulis yang masih pake kapur putih itu nggak keliatan sama sekali. Akhirnya aku bilang ke bapak dan ibu, mereka jadi khawatir dong, dan aku pun dibawa ke optik untuk periksa mata. Ternyata setelah diperiksa mata kiriku sudah minus 2,5 dan mata kananku minus 12,5. wow amazing, anak umur 8 tahun minus 12,5. Bapak Ibu syok, pastinya. Akupun dibuatin kacamata yang minus kanan dan kirinya disamain jadi 2,5, biar nggak pusing kata orang optiknya. Tanpa kita tau inilah awal semuanya makin buruk.
Lalu aku dibawa untuk periksa ke dokter spesialis mata, menurut beliau bola mata kananku lebih lonjong dibanding bola mata normal, dan satu satunya cara untuk balik normal adalah dengan operasi lasik yang baru bisa aku lakuin kalau udah umur 18 tahun. 
Selama menunggu sampai aku umur 18 tahun, sebenernya nggak nungguin banget sih, karena kan yang kita tau lasik itu mahal, dan tindakannya belum ada saat itu di lampung, jadi harus ke Jakarta yang paling deket, jadi ya masih mikir-mikir juga, bapak ibu cari cara lain demi mengurangi minus mataku. Dari minum jus wortel yang sebenernya tidak akan memberikan efek apapun sampe minum jamu yang paitnya luarbiasa. Itu aku lakuin dari kelas 3 SD sampai SMP. 
Selama remaja sebenernya mataku nyaman nyaman aja, walau tiap 2 tahun pasti nambah 1 dioptri, dengan lensa yang selalu disamain kanan dan kiri (ikut lensa yang paling kecil), dan aku nggak apa apa, nggak masalah juga walau pas sd dari 1 sekolahan yang pakai kacamata cuma aku dan dikatain mata empat, bahkan sampe dijauhin sama temen temen karena pindah tempat duduk demi melihat papan tulis dengan jelas (hadeh anak SD ada ada aja), i'm okay. Apalagi semenjak kuliah udah berani pakai soft lens jadi kalau ada acara yang butuh dandan biar cantik bisa lepas kacamata dan pake softlens aja. Dan ya sebenernya bisa aja softlensnya dipake tiap hari, tapi harus selalu effort make up mata untuk menutupi kantung mata dan mata panda, males juga, jadi ya kalo ada perlu aja makenya, selain itu ya kacamata everyday. 
Sampai di 2020 aku ganti frame yang lebih besar, biar cocok sama ukuran muka yang besar juga maksudnya, eh ternyata malah jadi awal keminderan diri ini muncul. waktu itu aku test mata kiri sudah minus 8, dan mata kanan 17,5. 
ini penampakan kacamata yang walau sudah ditipisin tetep terlihat tebal.

dan disini aku baru sadar kalau ternyata selama ini mata aku mengecil dan tebelnya lensa itu bisa keliatan dari kacamata aku. Aku cerita ke ibu, pacar dan sahabat deket, tapi mereka bilang nggak keliatan kok kalau nggak diperhatiin banget. Akhirnya lama lama aku yaudah nerima aja gitu kalo ternyata penampilan aku di depan orang itu ya seperti itu. 

Pertengahan 2021 sebelum menikah tibatiba aku kepikiran mau lasik aja, mau ambil pinjeman buat lasik, tapi kata ibu abis nikah aja, yakarena duitnya masih dipake buat nikah juga siih, jadi yaudalah. beberapa bulan kemudian sebenernya rencana mau lasik udah nggak ada, sampe akhirnya bulan Oktober 2021 kacamataku nyaris patah, lensanya lepas dari bingkai gara gara kedudukan. Akhirnya ke salah satu optik di tengah kota Semarang, kesana garagara review di google bagus banget. Daripada cuma benerin, akhirnya diputuskan untuk sekalian ganti kacamata karena minus mata juga kayaknya udah naik.

Long story short, ternyata ibu yang punya optik itu baik banget ngasih tau kesalahanku selama ini kalau mata kanan aku terlanjur malas (lazy eye) karena tidak pernah dikasih lensa yang sesuai dengan kondisinya, akibatnya minusnya naik terus walau udah diatas 20 tahun umurnya.Minus mataku di periksa dan jadilah mata kiri minus 9,5 sedangkan mata kanan minus 20. 20 pemirsa.

Akhirnya dibuatin lensa kacamata kanan jadi minus 14 biar mulai kerja lagi matanya. Dipilihnya juga lensa yang super tipis (1,74). Sebenernya yang jadi concern aku adalah aku takut mataku makin keliatan mengecil. Tapi ibu optiknya bilang nggak kok, karena akan dibikinin pake lensa aspheric, jadi penampakan mata nggak akan terlihat mengecil (katanya). Aku percaya aja.

Setelah kacamata jadi, Allahu akbar, nggak bisa bertemu orangorang deh kayaknya aku, kayak pake tutup botol. Iya mungkin salahnya aku yang milih bingkai bunder dan besar jadinya ya makin keliatan ketebelan lensanya. Tapi ya tetep, itu tebel banget 😭.



Karena ini udah nyerang mental kalo kata anak anak gen z, aku mulai kepikiran lagi buat operasi. Setelah cari cari di internet RS mana yang bagus dan harganya masih bisa dijangkau, aku dateng ke RS Islam Sultan Agung Semarang
Aku dateng sendiri untuk konsul pertama kalinya dengan dokter mata, beliau menyarankan untuk di lasik mata kirinya karena minus 9, sedangkan mata kanannya dilakukan prosedur tanam lensa, karena lasik cuma bisa sampai minus 12. Aku pulang dengan membawa brosur rincian biayanya. Akhirnya setelah drama nangis nangis huru hara dengan keluarga karena Ya Allah mahal banget, aku mutusin buat operasi.
Tanggal 26 November 2021, aku dateng lagi ke RSI SA, dengan niat mau konsul dan pemeriksaan pra lasik aja, karena dari yang aku baca di internet rata-rata pemeriksaan pra lasik bisa sampe seharian. Ternyata hari itu juga aku bisa langsung dilakukan tindakannya. Awalnya disaranin buat satu satu, jadi hari itu lasik dulu, dan besoknya baru tanam lensa, tapi biar langsung cepet kelar aku minta langsung duaduanya aja di hari itu.
Hal pertama yang dilakuin adalah susternya ngasih rincian biaya lagi, jadi karena aku pakai prosedur relex smile (bisa dilihat penjelasannya disini) harga per mata Rp17.000.000,00, untuk tanam lensa Rp9.000.000,00 sedangkan pemeriksaan pra operasinya Rp 2.000.000,00. Jadi total biaya operasi dan obatnya adalah Rp28.000.000,00.
Setelah setuju dengan biayanya, aku disuruh buat test antigen terlebih dahulu, lalu lanjut ke pemeriksaan pra-lasiknya. Ada beberapa tahapan yang akupun tidak mengerti untuk apa aja, yang jelas buat mengetahui mata kita bisa atau tidak untuk dilakukan operasi relex smile, dan alhamdulillahnya mata aku bisa.
Siang itu yang melakukan operasi relex smile cuma aku seorang, jadi agak gugup waktu nunggu sendirian di depan ruang operasi. Sekitar 10 menit menunggu, dokter akhirnya datang, langsung disuruh masuk ke ruang operasi. Oh iya sebelumnya saat menunggu perawat netesin anastesi ke mata kiriku.
Di dalam aku ditidurkan di ranjang operasi, bentukannya beserta alat lasiknya seperti ini
doc RSI Sultan Agung

Dokternya bilang kalau operasinya bakal berjalan cepet banget, 34 detik, aku cuma disuruh untuk mengikuti semua arahan dokter tanpa bicara atau gerak gerak, asal kooperatif hasilnya bakal bagus.
Selama operasi aku disuruh untuk lihat ke sebuah titik selama 10 detik, kemudian lihat ke cahaya hijau yang kedip kedip, lama lama cahayanya hilang trus pandanganku putih semua. Dan udah, kata dokternya operasinya sudah selesai, aku bisa bangun. Cepet banget. 
Pandanganku masih buram, perawat langsung ngasih kacamata hitam ke aku, yang harus aku pakai selama beberapa hari karena efek samping operasi ini adalah silau.
Aku lanjut pindah ke bagian operasi tanam lensa, sembari menunggu giliran, karena hari itu lumayan banyak yang operasi, rata rata orang yang sudah berumur, karena memang operasi tanam lensa biasa dilakukan buat orang yang mengidap katarak, aku cobacoba buka kacamata dan melihat, dan sudah bisa, walau masih kabur, Ya Allah rasanya mau nangis tapi baru kelar operasi jadi aku tahan aja dulu.
Akhirnya giliran buat tanam lensa, kata dokternya operasi ini juga bakal cepet, jadi harus tetep kooperatif kayak operasi yang sebelumnya.
Untuk operasi tanam lensa ini lebih serem sih dibanding relex smile, karena prosedurnya memang lensa mata bakal diambil kemudian ditanam lensa yang normal. Alhamdulillah operasinya lancar, nggak nyampe 5 menit, mata kananku diperban dan baru boleh dibuka 4 jam setelahnya. Tapi dokternya bilang kalau penglihatan mata kanan nggak bisa sejelas yang kiri karena mata kananku sudah terlanjur malas. 
Penampakan setelah operasi

Perawat ngasih arahan kalau wajah khususnya area mata tidak boleh kena air sama sekali selama 5 hari, lalu nggak boleh nunduk apalagi nungging, jadi solat nggak bisa sujud, selama 24 jam, tidak boleh dikucek dan harus tetes obat mata setiap 3 jam sekali, jadi tengah malem harus bangun untuk tetes mata. Untungnya ditemenin suami, jadi dia yang netesin obatnya.
Jam 4 sore akhirnya perban mata kanan bisa dibuka, dan Masya Allah Alhamdulillah aku bisa liat tanpa bantuan kacamata atau softlens lagi 😭🙌🙌. Walau yang kanan emang nggak bisa jelas tapi setidaknya yang kiri udah bisa jelas banget, jelas, kayak pake kacamata. 
Besoknya kontrol ke dokter dan dokter bilang kalau hasilnya bagus, asal jangan dikucek kucek matanya dan belum boleh kena air. Kontrol selanjutnya 1 minggu kemudian. 

Hari ini 29 Desember 2021, seminggu setelah kontrol ketiga perkembangannya makin baik, walau kadang masih kabur pandangannya kalau kecapean atau kebanyakan liat gadget, emang harus lebih merawat mata sih karena udah mahal mahal bayarnya, sayang kalau nongol lagi minusnya.
Kalau ditanya minusnya bisa 0 nggak, ini hasilnya mata kiri normal sih, udah bisa baca tulisan yang kecil, tapi kalau mata kanan ya memang sudah terlanjur menyerang syaraf mata karena bertahun tahun 'lazy eye' jadinya bisa bedain benda aja udah syukur alhamdulillah banget. 

Sakit atau nggak habis relex smile?
Jawabannya nggak sama sekali, emang ya ada harga ada rupa, untuk relex smile selain operasinya cepet ,penyembuhannya cepet, cepet juga bisa digunain matanya, h+3 operasi aku udah bisa nyetir sendirian semarang-batang, walau masih silau dan masih belum nyaman kalau untuk melihat di malam hari.
Yang sakit sebenernya yang tanam lensa, baru kelar operasi aja rasanya udah kemeng matanya. waktu ditetesin anti radang, ya Allah rasanya kaya dicubit, dicubit doang sih, tapi di mata. 2 hari lah nyerinya, tapi setelah itu udah reda. Mungkin karena area lukanya besar jadi ya wajar kalau rada rada perih.
Tapi kalau relex smile bener bener worth it. Nggak sakit sama sekali, penyembuhannya cepet, cocok buat yang udah kerja nggak bisa cuti lama-lama. Ya tentu harganya juga sangat menguras kantong budak korporat macam saya ini. 
Kalau dibilang ya situ enak punya duit buat operasi, nggak juga sodarasodara, ini sebagian aku ngutang kok, cicilan 2 tahun.
Jadi ya aku doakan untuk temen temen yang minusnya udah gede diatas 5 yang pingin banget lasik mata tapi belum berani, ini sungguh worth it kok, jangan takut, do it, nggak bakal nyesel. Dan buat yang udah pingin lasik dan udah berani tapi belum ada duitnya, aku doain supaya cepet kekumpul yaa, semoga cepet ada rezekinya buat punya mata normal. Semoga juga rezekiku lancar juga buat bayar utangnya hihi.


Sincerely, Rara 💙





2 komentar:

RELEX SMILE DAN TANAM LENSA MATA DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Halo semuanya, Udah lama nggak nulis di blog ini, selama pandemi blog ini jadi ikutan sepi. Padahal banyak banget hal yang bisa diceritain d...